Sepatu seperti apakah yang kau senangi?
Seperti cewek pada umumnya, apalagi jika telah dewasa, ada beberapa
sepatu yang wajib dimiliki: sepatu untuk bekerja (tertutup, sopan, hak
sedang), sepatu jalan-jalan, sepatu pesta (berhak tinggi dengan berbagai
macam model), sepatu olahraga, sandal jalan-jalan, sandal (selop) untuk
berpakaian nasional dsb nya…cukup banyak ya. Inipun minimal…paling
tidak untuk setiap acara minimal punya satu. Jika mahasiswa paling tidak
hanya perlu punya dua sepatu wajib, plus sandal jalan-jalan. Postingan
ini diilhami oleh tulisannya Arman,
tentang sepatu apakah yang kita senangi. Banyak sedikitnya sepatu yang
dipunyai seseorang, menunjukkan bagaimana gaya hidup orang tersebut.
Seperti
apakah sepatu yang saya miliki? Zaman masih sekolah dan mahasiswa,
kepemilikan sepatu sangat terbatas, maklum jenis kondangan paling-paling
hanya diundang makan-makan oleh teman, saya juga termasuk yang jarang
berpakaian nasional lengkap dengan pakai sanggul. Saat mahasiswa, saya
punya sepatu untuk harian, juga sandal serta sepatu sport. Sepatu dan
sandal yang walaupun namanya untuk kegiatan sehari-hari berhak cukup
tinggi, antara 5-7 cm, entah saat itu rasanya tak ada masalah dengan
kaki. Setelah bekerja, kemudian menikah, saya punya tambahan koleksi
sepatu untuk kondangan dan pakaian resmi. Pernah saya membeli berbagai
warna sepatu agar sesuai dengan gaun yang dipakai, kenyataannya, yang
namanya sepatu warna merah, pink, biru, jarang sekali
dipakai…ujung-ujungnya koleksi sepatu yang sering saya pakai hanya yang
berwarna hitam, coklat dan cream. Dan semuanya berhak tinggi…rasanya
jika berjalan dengan sepatu hak tinggi terasa lebih
anggun…..hahahaha…benarkah ada hubungan tentang berjalan anggun dengan
sepatu tinggi?
Sampai suatu ketika….
Di perusahaan tempatku bekerja, untuk mencapi level tertentu harus mengikuti pendidikan, dan sebelum pendidikan in class dimulai, maka peserta wajib mengikuti outbound. Bayangkan, bagi saya yang tak pernah melakukan kegiatan panjat memanjat dan olah raga berbahaya harus mengikuti acara outbound ini.
Sebelum outbound, saya diperlihatkan foto-foto senior yang sedang
memanjat tali, yang menghubungkan dua pohon, kegiatan menaiki tebing,
serta membuat perahu dari beberapa tong kosong disambung tali
menali….duhh…langsung hati ini terasa keciiil sekali…. Namun, apapun
harus dilalui. Ternyata saya bisa melalui semua, namun dalam suatu acara
hiking, saya sempat terperosok, dan tak berakibat apa-apa. Selesai outbound, ada istirahat sehari sebelum pelatihan di kelas, saya menyempatkan diri untuk pijat. Si mbok pijat berkomentar..”Ibu niki nopo kemawon to, kok babak belur kados ngeten?” (Ibu ini ngapain aja, kok badannya babak belur begini). Setelah dipijat, saya menganggap, segala memar, keseleo, sudah beres.
Dua tahun kemudian…
Saya seringkali merasa pusing, dan kaki
terasa kebas….kadang sakit sekali untuk melangkah. Awalnya saya pikir
asam urat (sok tahu), seperti yang dikeluhkan teman-teman, telapak kaki
terasa bengkak dan sakit. Saya mendatangi dokter perusahaan, oleh dokter
saya hanya diberi pengantar untuk ke dokter ahli tulang di RS Siaga,
Jakarta Selatan. Waduhh…sakit apa ini. Oleh dokter saya disuruh periksa
darah lengkap, air seni, dan juga air ludah…saya sempat kawatir.
Syukurlah yang dikawatirkan dokter tidak terjadi. Kemudian saya diminta
agar setiap kali jalan, berhenti dulu untuk olah raga dengan
menggerak-gerakkan telapak kaki jika terasa sakit, serta dianjurkan
mengganti semua sepatu dengan hak rendah dan ber alas empuk. Kata
dokter, saat keseleo, kemudian muncul serabut-serabut (entah apa nama
nya)…..sehingga membuat sakit. Saya harus mengikuti beberapa kali
terapi…kaki saya dipijit, kemudian dibungkus kain..dicelupkan pada
cairan seperti lilin yang panas….begitu dilakukan sampai beberapa kali.
Setelah terapi sebulan saya menganggap sudah bisa mengelola urusan kaki
ini, dan mengganti sepatu dengan hak yang flat. Beberapa teman
berkomentar, apalagi saat itu di kantor bagi perempuan belum
diperbolehkan mengenakan celana panjang, jadi memang rasanya aneh pakai
rok, blazer dan sepatu berhak datar. Bagi saya yang penting kepala tak
nyut-nyut an, walau setiap kali berjalan jauh, saya memerlukan waktu
sebentar untuk menggerak-gerakkan telapak kaki, memutar-mutar
nya….kemudian baru berjalan lagi.
Masalah lain muncul, mencari sepatu hak
datar yang terlihat pantas untuk sepatu kerja tak mudah, apalagi untuk
sepatu yang alasnya terasa empuk. Jika ada yang bagus, alasnya cukup
keras, dan ini membuatku sering terkena sakit kepala. Sepatu yang paling
nyaman adalah sepatu merk scholl, namun ukurannya jarang pas
dengan kakiku, sehingga sering ditambah dengan alas lain agar
pas…menjadi tak nyaman karena alasnya suka hilang atau lepas. Apalagi
mencari sepatu tertutup merk Scholl sekarang makin sulit, jadi
akhirnya saya mencoba merk lain, dan untungnya kegiatan saya sekarang
tak banyak melakukan kegiatan lapangan saat seperti masih aktif dulu.
Kesulitan mencari sepatu beralas kaki empuk (yang umumnya buatan LN)
yang pas ini, membuatku malas untuk berbelaja sepatu…akhirnya semakin
lama sepatu, terasa semakin menyatu dengan kakiku. Dan ini menimbulkan
pertanyaan, atau mungkin rasan-rasan ya, oleh stafku saat saya masih
aktif bekerja.
“Bu, mohon maaf, ibu kelihatannya senang dengan sepatu ini ya?” tanya seorang staf perempuan.
“Iya, memang. Kenapa?” jawab saya
“Soalnya ibu sering banget pakai
sepatu ini, jadi pasti ibu suka sekali, karena saya yakin ibu tak
masalah jika ingin beli sepatu baru,” katanya dengan wajah merona.
Waduhh …gawat nih. Saya akhirnya cerita
masalah kakiku…akibatnya jika ada obralan sepatu yang dianggap cocok
buatku, di suatu Mal terkenal, sekretaris dan stafku antusias menyeretku
pergi sebentar saat istirahat untuk melihat-lihat. Hehehe…rupanya
mereka malu ya, punya bos kurang rapih atau dianggap tak bisa membawakan
diri. Padahal pakai sepatu lama itu nikmat banget, tapi selama kita
masih dalam kondisi bekerja harus juga memenuhi persyaratan yang
dianggap sesuai di mata masyarakat.
Saya baru menyadari, bahwa sejak tak
aktif bekerja, saya belum beli sepatu baru..duhh jangan-jangan sepatuku
juga sudah tak memadai ya untuk dilihat orang…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar