Jakarta - Berbisnis tak melulu harus terencana dengan sistematis. Namun ada beberapa pengusaha sukses menggeluti bisnisnya berawal dari keisengan, misalnya bisnis U-See Shoes and Bag, milik Yusi.
Barang-barang yang terbuat dari kulit, biasanya memang lebih awet dari bahan lainnya. Terbukti, tas atau sepatu berbahan dasar kulit harganya jauh lebih mahal. Ada harga, ada barang, begitu katanya.
"Sepatu-sepatu dan tas-tas saya terbuat dari kulit sapi, kulit ular, batik, kulit domba, kulit kambing, pokoknya kulit ternak," kata si pemilik toko, Yusi (38) kepada detikFinance pekan lalu.
Menurut Yusi, barang-barang buatannya itu memiliki kualitas yang terjamin keawetannya dibanding barang sejenis namun imitasi. Sehingga tak heran, jika harga yang dibanderol tergolong mahal. "Sepatu kulit jauh lebih awet dan nyaman. Beda kalau imitasi," katanya.
Untuk satu pasang sepatu kulit, Yusi membanderol Rp 350.000 - Rp 2,5 juta. Sementara tas kulit, dia mematok harga mulai dari Rp 600.000 - Rp 3 juta.
Yusi memang hobi menggambar, kini Yusi bersama 11 orang pegawainya bisa menjual sekitar 400 produk sebulan dengan omset Rp 120 juta per bulannya.
"Awal-awal iseng beli selembar kulit sapi, terus coba-coba gambar. Mungkin karena latar belakang keluarga saya perajin sepatu di Solo. Jadi ya ketularan. Dari hasil hambar itu saya minta embahku cariin tukang buat ngejahit. Pertama kali hanya terjual 40 pasang sepatu sebulan. Lama-lama rame," paparnya.
Untuk modalnya, Yusi menghabiskan uang sekitar Rp 30 - Rp 40 juta untuk sekali belanja. "Itu bisa untuk 3 bulan lho (dalam 3 bulan ga belanja lagi). Selembar kulit harganya Rp 1 juta dengan hitungan Rp 35 ribu - Rp 85 ribu per feet (1 feet= 28 cm). Kulit ular itu disamak. Disamak pakai campuran bahan kimia. Desain 80 persen sendiri, 20 persen modifikasi. Produk jenis kulit print sama kulit ular piton yang paling mahal," terangnya.
Usaha yang telah digelutinya hampir 2 tahun itu, bisa didapatkan di pameran-pameran fashion atau UKM. Rencananya, tahun depan Yusi mencoba peruntungan untuk ekspor barang-barang buatannya ke luar negeri, seperti Hongkong dan Australia. Rencananya 14 - 17 Januari 2013, tokonya akan mejeng di pameran Hongkong World Designer Boutique.
"Rencana Januari tahun depan target ekspor. Sekarang sih sudah dijual di Australia, nitip sama temenku yang ada disana, kalau ada order saya kirim. 14-17 Januari ada pameran di Hongkong World Designer Boutique," kata Yusi.
(hen/hen)
Barang-barang yang terbuat dari kulit, biasanya memang lebih awet dari bahan lainnya. Terbukti, tas atau sepatu berbahan dasar kulit harganya jauh lebih mahal. Ada harga, ada barang, begitu katanya.
"Sepatu-sepatu dan tas-tas saya terbuat dari kulit sapi, kulit ular, batik, kulit domba, kulit kambing, pokoknya kulit ternak," kata si pemilik toko, Yusi (38) kepada detikFinance pekan lalu.
Menurut Yusi, barang-barang buatannya itu memiliki kualitas yang terjamin keawetannya dibanding barang sejenis namun imitasi. Sehingga tak heran, jika harga yang dibanderol tergolong mahal. "Sepatu kulit jauh lebih awet dan nyaman. Beda kalau imitasi," katanya.
Untuk satu pasang sepatu kulit, Yusi membanderol Rp 350.000 - Rp 2,5 juta. Sementara tas kulit, dia mematok harga mulai dari Rp 600.000 - Rp 3 juta.
Yusi memang hobi menggambar, kini Yusi bersama 11 orang pegawainya bisa menjual sekitar 400 produk sebulan dengan omset Rp 120 juta per bulannya.
"Awal-awal iseng beli selembar kulit sapi, terus coba-coba gambar. Mungkin karena latar belakang keluarga saya perajin sepatu di Solo. Jadi ya ketularan. Dari hasil hambar itu saya minta embahku cariin tukang buat ngejahit. Pertama kali hanya terjual 40 pasang sepatu sebulan. Lama-lama rame," paparnya.
Untuk modalnya, Yusi menghabiskan uang sekitar Rp 30 - Rp 40 juta untuk sekali belanja. "Itu bisa untuk 3 bulan lho (dalam 3 bulan ga belanja lagi). Selembar kulit harganya Rp 1 juta dengan hitungan Rp 35 ribu - Rp 85 ribu per feet (1 feet= 28 cm). Kulit ular itu disamak. Disamak pakai campuran bahan kimia. Desain 80 persen sendiri, 20 persen modifikasi. Produk jenis kulit print sama kulit ular piton yang paling mahal," terangnya.
Usaha yang telah digelutinya hampir 2 tahun itu, bisa didapatkan di pameran-pameran fashion atau UKM. Rencananya, tahun depan Yusi mencoba peruntungan untuk ekspor barang-barang buatannya ke luar negeri, seperti Hongkong dan Australia. Rencananya 14 - 17 Januari 2013, tokonya akan mejeng di pameran Hongkong World Designer Boutique.
"Rencana Januari tahun depan target ekspor. Sekarang sih sudah dijual di Australia, nitip sama temenku yang ada disana, kalau ada order saya kirim. 14-17 Januari ada pameran di Hongkong World Designer Boutique," kata Yusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar